Rabu, 17 Agustus 2011
Hidup adalah Perjuangan: Kisah Nyata Seorang Tukang Bajaj
Di acara salah satu stasiun TV swasta yang berjudul nilai kehidupan, dikisahkan tentang seorang ibu yang naik bajaj. Ketika bajaj berhenti menunggu lampu merah, tiba-tiba ada pengemis tua yang minta belas kasihan si ibu untuk bersedekah kepadanya. Si ibu memberikan sedekah kepada pengemis tua tersebut. Setelah itu, bajaj jalan lagi. Tukang bajaj kemudian berkomentar, “Ibu sebaiknya tidak memberikan sedekah kepada pengemis, itu mendidik dia untuk malas.” Si ibu menjawab, “Kasihan Bang, dia sudah tua.” Tukang bajaj hanya diam tidak berkomentar lagi. Ketika sampai di tempat tujuan, si ibu memberikan satu lembar uang 50 ribuan. Tukang bajaj bilang, “Ongkosnya cuma 20 ribu bu, uang pas saja, saya tidak ada kembalian.” Kata si ibu tersebut, “Tidak ada lagi Bang, cuma selembar-lembarnya.” Akhirnya tukang bajaj bilang, “Kalau begitu saya tukarkan dulu di warung bu.” Maka turunlah si tukang bajaj. Ketika tukang bajaj keluar dari bajajnya, alangkah terkejutnya si ibu karena melihat tukang bajaj berjalan sambil jinjit tertatih-tatih, ternyata kakinya hanya satu, satu lagi buntung. Ketika itu dia tertegun kemudian meneteskan air mata. Luar biasa, dalam kondisi demikian rupa, ia tetap masih berjuang untuk mencari nafkah. Pantas saja dia berkomentar tentang pengemis tadi. Sesungguhnya diapun pantas untuk menjadi pengemis kalau dia mau, karena kondisi fisiknya sudah memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ada sebuah nilai kehidupan yang didapat sang ibu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar